Metode pendidikan musik apa yang secara alami mengembangkan keterampilan sosial dan emosional?

Yamaha Music School menjadi yang terdepan dalam bidang pendidikan musik di Jepang selama lebih dari 60 tahun. Dikatakan bahwa metode pengajaran mereka bukan hanya meningkatkan keterampilan bermain, tetapi juga meningkatkan keterampilan sosial dan emosional seperti kepekaan, kreativitas, kasih sayang, konsentrasi, dan kesabaran. Untuk mempelajari selengkapnya tentang metode pengajaran ini, kami berbincang dengan Yuriko Kitabayashi, direktur Laboratorium Penelitian Musik Yamaha, Yamaha Music Foundation.

Keterampilan sosial dan emosional telah menjadi topik hangat, yang kini dipandang sebagai kebutuhan bagi anak-anak yang hidup di era perubahan konstan dan kecerdasan buatan yang berkembang pesat. Pada umumnya, mereka mengacu pada kemampuan yang tidak dapat diukur, seperti pengendalian diri, keterampilan komunikasi, kemandirian, dan aspirasi, dan membentuk dasar bagi anak untuk belajar, tumbuh, dan hidup.

Pendidikan yang mengembangkan keterampilan sosial dan emosional terus diupayakan. Metode pengajaran Yamaha Music School yang telah berlangsung selama lebih dari 60 tahun menarik banyak perhatian karena potensinya yang besar dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional secara efektif.

Genichi Kawakami, presiden Nippon Gakki Co., Ltd., pendahulu Yamaha Corporation, sangat terkesan saat dia mengunjungi Eropa dan Amerika Serikat selama kurang lebih tiga bulan dan melihat orang-orang menikmati musik dengan sangat akrab. Kunjungan tersebut konon menjadi cikal bakal lahirnya Yamaha Music School saat ini pada tahun 1954.

“Yamaha Music School dimulai dengan konsep membina orang-orang yang dapat menikmati musik secara bebas. Konsep ini tidak berubah. ‘Untuk menumbuhkan kepekaan musik yang dimiliki setiap orang sejak lahir, untuk mengembangkan kemampuan untuk menikmati menciptakan dan memainkan musik mereka sendiri dan pada akhirnya berbagi kegembiraan musik dengan siapa saja’ tetap menjadi tujuan pendidikan.

Primary textbook, digunakan selama bertahun-tahun di kelas Yamaha Music School

Kiri atas: Edisi pertama Primary textbook, yang diterbitkan pada tahun 1972

Kanan bawah: Edisi utama yang digunakan saat ini

Di masa lalu, metode pengajaran di kelas piano individual lebih menekankan pada teori dan permainan. Banyak anak merasa frustrasi dengan tingginya rintangan membaca dan memainkan lembaran musik esoterik. Faktanya, metode ini tetap menjadi metode pengajaran umum di kelas piano privat saat ini.

“Yamaha Music School mengembangkan metode pengajaran musik baru berdasarkan keyakinan pendirinya, yang menyatakan bahwa jika anak-anak dapat mengenal musik melalui berbagai unsur, bukan hanya teori dan permainan, maka mereka akan terus belajar sambil menikmati musik. Metode baru ini adalah proses 1) Mendengarkan musik, 2) Menyanyikan apa yang Anda dengar, 3) Memainkan apa yang Anda nyanyikan, dan 4) Membaca dan memastikan skor apa yang Anda mainkan”.

Yamaha Music School sekitar tahun 1961

Pendidikan yang tepat waktu: Yamaha Music School menekankan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan fisik dan psikologis setiap siswa. Kemampuan pendengaran musik berkembang secara signifikan di usia dini, dan karenanya Yamaha Music School menekankan aktivitas mendengarkan di kelas mereka untuk anak-anak kecil. Ketika anak usia 4 dan 5 tahun mendengarkan berbagai macam musik, mereka sering kali mengembangkan “kemampuan mendengar musik yang baik sebagai bagian dari kepekaan musik”. Artinya, mereka memiliki kemampuan yang kuat untuk mendengarkan berbagai unsur penyusun musik, termasuk not, birama, irama, dinamika, dan kunci.

Dengan mengembangkan indra musik khususnya kemampuan pendengaran yang baik pada masa usia tersebut sambil bersenang-senang, anak membangun motivasi dan minat untuk mengekspresikan dirinya melalui musik. Kelihatannya inilah cara paling alami untuk menyerap musik.

"Di masa anak-kanak, kita mempelajari semua yang kita butuhkan untuk hidup dengan meniru orang dewasa. Pada masa itu pula kemampuan kita untuk menghafal kata-kata meningkat tajam. Dengan memanfaatkan naluri untuk meniru, anak-anak dapat mempelajari unsur musik seperti yang mereka pelajari dengan bahasa".

Simak video inspiratif ini.

Masterpieces merupakan yang terbaik untuk menggambarkan bagaimana anak-anak ini secara unik menyetel nada lonceng sekolah. Kreasi ini mewujudkan filosofi Yamaha Music School.

"Sungguh luar biasa bisa menonjolkan penampilan seseorang dari lagu dan/atau aransemen asli tanpa ragu-ragu, dan memiliki kekuatan untuk mengekspresikan apa yang disukainya di depan semua orang".

Pendidikan musik yang komprehensif, salah satu fitur dari Yamaha Music School, memungkinkan hal ini. Dengan menggunakan alat musik keyboard sebagai alat pendidikan, para siswa mempelajari musik melalui pendekatan menyeluruh yang melibatkan aktivitas mendengarkan, menyanyi, bermain, dan membaca.

Di banyak kelas musik privat, penekanannya hanya pada bermain piano. Namun, di Yamaha Music School, kepekaan, kreativitas, dan ekspresif anak-anak yang kaya dapat dicapai melalui keseimbangan pendidikan musik yang komprehensif. Hal ini menumbuhkan dasar keterampilan sosial dan emosional.

“Bermain musik karya Mozart atau Chopin adalah reproduksi berdasarkan interpretasi masing-masing pemain. Sudah jelas bahwa meningkatkan kemampuan seseorang untuk mereproduksi karya masa lalu itu penting, dan mengekspresikan karya-karya ini dengan caranya sendiri membutuhkan kreativitas. Namun, kreativitas yang dipupuk di Yamaha Music School sedikit berbeda.”

Misalnya, memainkan sebuah melodi dari TV, melalui internet, atau di suatu tempat di kota tanpa partitur, dan menambahkan sentuhan sendiri pada lagu tersebut, membutuhkan orisinalitas yang tinggi.

“Orang-orang bisa melakukannya karena mereka sudah mengasah kemampuan pendengaran sejak dini. Keterampilan tersebut menjadi dasar yang mengarah pada kemampuan untuk menciptakan musik orisinal. Fokus pada kreativitas dan ekspresi inilah yang membedakan Yamaha Music School dari kelas musik lainnya”.

Mengapa Yamaha Music School dikatakan mampu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional?

"Keterampilan sosial dan emosional secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama berkaitan dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri—penegasan diri, pengendalian diri, kemandirian, otonomi, kekuatan untuk mengendalikan dan mengenali diri sendiri. Kategori kedua berkaitan dengan sifat pikiran dalam kaitannya dengan kemampuan bersosialisasi—kerja sama, empati, kasih sayang, dan seterusnya".

Yamaha Music School menggunakan metode pengajaran yang mengembangkan individualitas dan kreativitas setiap orang, tetapi group lesson juga merupakan salah satu fitur uniknya. Siswa memiliki kesempatan untuk menyinkronkan dan menampilkan ensemble dengan teman, dan mendengarkan performance teman. Kegiatan ini tidak bukan menyenangkan, tetapi juga memberikan inspirasi melalui performance orang lain, yang memotivasi siswa untuk berusaha lebih keras dan memperbaiki diri.

Kemampuan kognitif dan keterampilan sosial dan emosional dapat saling mengganggu

“Untuk menjadi ahli dalam sesuatu, seseorang perlu berlatih, yaitu merencanakan dan menetapkan tujuan. Dengan musik, kita bisa melihat dengan sangat jelas dan langsung apakah seseorang bisa atau tidak bisa bermain. Oleh karena itu, perlu juga meningkatkan kemampuan kognitif. Hal ini sedikit misterius, tetapi saya merasa bahwa keterampilan sosial dan emosional tumbuh terkait dengan kemampuan kognitif. Keadaan inilah di mana keterampilan akan melahirkan keterampilan lain. Saya rasa Yamaha Music School telah mempraktikkan hal ini secara alami selama lebih dari 60 tahun. Anak-anak kecil khususnya dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial dan emosional dengan cara yang alami dan wajar.

Di antara jutaan orang yang bergabung dengan Yamaha Music School di sepanjang sejarahnya yang panjang, banyak yang mengatakan bahwa pelajaran musik di Yamaha Music School membantu mereka mempelajari kerja sama dan pentingnya kesinambungan. Namun, yang paling menyenangkan Nn. Kitabayashi adalah ketika para siswa mengatakan bahwa mereka menikmati pelajaran atau bahwa mereka mulai menyukai musik.

“Ada banyak cara untuk menikmati musik, entah itu bernyanyi di paduan suara, bernyanyi karaoke, bermain di band atau brass band, atau mendatangi konser artis favorit Anda. Apa pun caranya, saya harap anak-anak di masa depan terus memiliki kehidupan yang kaya di mana musik selalu dekat dan di hati mereka".

Yuriko Kitabayashi

Yuriko Kitabayashi

Direktur

Institut Penelitian Musik Yamaha, Yamaha Music Foundation

Lulus dari Fakultas Pendidikan (Musik), menyelesaikan gelar masternya di Sekolah Pascasarjana Humaniora dan Sains di Ochanomizu University. Sebagai mentor Yamaha Music Foundation, di terlibat dalam produksi materi pelajaran, penelitian metode pengajaran, rekrutmen instruktur Yamaha Music School, dukungan pengembangan diri instruktur, dan pengembangan bisnis baru. Menjadi direktur Yamaha Music Research Institute pada tahun 2019.

Teks: Mikako Wakiya/Foto: Daisuke Uchida

ISI TERKAIT