“Pangeran” di Kalangan Para Engineer: Scottie Baldwin Berbagi Filosofi Mixing-nya

Scottie Baldwin, yang terkenal sebagai engineer Front of House untuk Prince, Lady Gaga dan baru-baru ini superstar Singapura JJ Lin, memiliki filosofi baru tentang mixing audio dan peran engineer live modern. Sebagai orang yang sudah lama menggunakan mixer digital Yamaha, saat JJ Lin bermain di pertunjukan arena Inggris tahun ini, Scottie meluangkan waktu untuk berbicara tentang pendekatannya.

Seperti banyak profesional sound lainnya, Scottie Baldwin memulai kariernya dengan keinginan untuk menjadi seorang musisi. Namun, ternyata kemampuannya di sisi teknis menunjukkan masa depannya. “Saya tidak begitu berhasil menjadi pemain gitar, tetapi saya segera menyadari bahwa saya pandai membongkar gitar dan memahami cara kerjanya. Jadi, saya memadukan kemampuan bermusik dengan sisi teknis, yang mengarahkan saya ke jalur yang tepat,” ujarnya.

Saat bekerja sebagai teknisi drum untuk Prince di awal tahun 1990-an, Scottie bukan hanya menjalankan tugasnya, tapi juga belajar langsung tentang etos kerja sang legenda dalam hal live sound. Dia melihat sendiri betapa detail dan tingginya standar yang dipegang Prince, dia menyadari bahwa ini adalah panggilannya. Dia bekerja dengan para artis lain selama beberapa tahun, tetapi ajakan dari Paisley Park pada tahun 2000 mengarahkannya menjadi engineer FoH Prince selama sisa hidup artis tersebut.

Kebetulan sekali, dia hadir tepat pada transisi penting dunia live sound dari era mixing analog ke digital. Dia masih ingat betul bagaimana rasanya menghadapi tantangan di masa analog.

“Dulu itu memang jauh lebih menantang , Kita membuat satu mix lalu mencoba menambah detail kecil disana-sini sebisa mungkin,” katanya. “Dan kalau ada masalah? Tidak ada pilihan lain selain beresin langsung, saat itu juga.. Saat itu banyak deskmasih memakai op amp, jadi bayangkan saja, di tengah-tengah show kami harus cabut channel, pindahin kabel XLR, ganti op amp secepat mungkin, matiin console sebentar, lalu pasang lagi. Semua itu dilakukan sambil penampilan tetap jalan. Deg-degan? Pasti. Tapi itulah bagian dari pekerjaan.”

Banyak orang mungkin menganggap keputusannya beralih ke mixing digital sebagai langkah nekad di tengah tur bersama Prince. "Saya melakukan separuh tur dengan menggunakan analog desk dan beralih ke Yamaha PM1D untuk paruh kedua,” ujarnya sambil tersenyum. “Dalam banyak hal, saya merasa tidak yakin bisa berhasil dengan cara itu, tetapi sebenernya semua kembali pada satu hal : rasa percaya diri “Kalau dipikir-pikir, saya sendiri masih nggak percaya bisa lolos dengan cara itu. Tapi sebenarnya semua kembali pada satu hal: rasa percaya diri.”

“Hal terpenting yaitu memahami struktur gain, mengetahui bagaimana segala sesuatu digerakkan secara berbeda dalam ranah digital,” lanjutnya. “Namun, begitu saya beralih ke PM1D, semuanya menjadi lebih spesifik dan mudah disimpan ulang . Bagi saya, Yamaha berhasil membawa kehangatan suara analog ke ranah digital. Perangkat Yamaha secara presisi mengarahkan kepada apa yang sebenernya saya mau , namun tetap dengan nuansa musikal yang alami. ” Jadi saya bisa dapetin presisi yang saya mau, tapi tetap dengan nuansa musikal yang alami.”

Sejak berpindah ke Yamaha, Scottie sudah mencicipi berbagai konsol mulai dari PM5D, CL series dan sekarang RIVAGE PM series. Menariknya, dia merasa tidak perlu menggunakan efek server, karena menurutnya semua yang ia butuhkan sudah ada di internal processing. “Terkadang jadwal saya penuh sekali, Hari ini show di Venezuela, besok udah di London, lalu lanjut ke Kanada., Jadi saya butuh setup yang bisa dipakai di mana saja, tanpa ribet ” ujarnya. “Saya tidak menginginkan daftar panjang yang berisi apa yang saya butuhkan untuk bekerja di setiap pertunjukan. Lebih simpel, lebih cepat, dan gampang buat bongkar pasang juga.”

Untuk urusan processing , kepindahannya ke RIVAGE PM menjadi titik yang membuat Scotties paling semangat karena ada Rupert Neve Designs SILK onboard “Waktu pertama kali pindah ke RIVAGE PM, rasanya kayak dapat mainan baru,” katanya dengan antusias. “Bayangin aja, tiba-tiba saya punya Neve di semua channel. ujarnya. “Bukan hanya di slot tertentu, tapi benar-benar ada di mana-mana. . Seperti ‘coba SILK Red di sini, coba Blue di sini. Sangat mudah dan ramah pengguna untuk mencoba berbagai hal yang berbeda. Buat saya, Red paling juara dipakai di vokal.”

Semua pengalaman itu akhirnya membentuk filosofi mixing Scottie, prinsip yang membantunya bertahan lama dan tetap dipercaya banyak artis hingga sekarang.

“Prince selalu meluangkan waktu di meja mixing, karena dia percaya setiap orang di ruangan itu penting,,” katanya. “ Sebelum show dimulai, saya punya kebiasaan untuk mencari kursi dengan posisi paling jelek di venue dan berkata dengan lantang, ‘Malam ini, saya akan bekerja untuk Anda.’ Sampai sekarangpun, saya masih melakukan hal yang sama. Di benak saya, saya melakukannya untuk mereka.”

Lanjutnya, “Saya merasa jadi bagian dari solusi musik. Saya menyampaikan kepada para engineer muda bahwa sangat penting untuk mengetahui hubungan yang dimiliki setiap musisi dengan alat musik mereka. Dengarkan apa yang mereka dengar dan tiru apa yang mereka ucapkan di depan panggung.

"Sama pentingnya juga untuk memahami materi lagunya. Saya melakukan mixing untuk banyak artis Asia yang bernyanyi dalam bahasa Mandarin dan mendapatkan terjemahan setiap lagu dalam bahasa Inggris, sehingga saya dapat menyampaikan kepekaan saya tentang apa yang dimaksud dalam setiap lagu. Dari situ saya bisa merasakan maknanya, apakah lagu ini tentang cinta? Apakah lagu ini tentang kehilangan? Apakah lagu ini tentang kerinduan ? Apakah lagu ini tentang membangun emosi yang menguat perlahan ? Hal itu yang memberi saya gambaran tentang cara melakukan mixing untuk lagu tersebut. Awalnya saya memang sudah memiliki pengetahuan musik dan teknis, tetapi Prince membantu saya membangun hubungan antara saya, musik, meja mixing, dan audiens.”

Pengaruh besar lainnya pada Scottie adalah ‘sonic architect’ sekaligus engineer studio ternama Dave Hampton, yang dikenal luas lewat restorasi studio legendaris Paisley Park milik mendiang Prince.

“Dave menjadi orang pertama yang memperkenalkan saya pada teori ‘the best do the most with the least for the longest’” ujarnya. “Semakin rumit sebuah signal chain, maka semakin banyak ruang untuk munculnya noise dan masalah lainnya. Lalu, apabila terjadi kesalahan, hampir tidak memungkinkan untuk memperbaikinya lagi. Para engineer muda sering terjebak dengan sebuah pepatah lama yang mengatakan bahwa meskipun Anda bisa, bukan berarti Anda harus melakukannya. Sering kali saya lihat snare diproses dengan empat plug-in sekaligus. . Pada titik tertentu, hasilnya malah jadi tembok suara, mix kehilangan dinamika, dan yang terdengar hanyalah smear dari semuanya. Itu biasanya saatnya berhenti, tarik napas, dan mulai lagi dari awal dengan menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu.

“Satu-satunya alasan mengapa saya menghindari suara natural adalah jika ada perbedaan konseptual yang diinginkan oleh artis. Jika artis berkata bahwa mereka ingin bagian trompet terdengar agresif pada lagu ini, atau agar terdengar seperti madu yang menetes di dinding, maka saya dapat menerimanya dan melakukan perubahan.”

Faktor penting lainnya bagi Scottie yaitu potensi audiens yang mencapai jutaan orang di luar gedung tempat acara.

“Dulu, band akan melakukan tur untuk menjual lebih banyak rekaman. Sekarang mereka membuat rekaman agar bisa mengadakan tur. Namun, uang yang dihasilkan hanya untuk malam itu saja, masih banyak penghasilan yang didapatkan melalui fans melalui di media sosial,” ujarnya. “Jadi Anda bukan lagi sekadar engineer front of house. Masa-masa engineer yang hanya melakukan mixing untuk ruangan sudah berakhir. Bahkan jika Anda sedang berada di klub, Anda harus melakukan perekaman multi-track.”

Scottie selalu merekam dengan kualitas tinggi di 96kHz, 24bit menggunakan Steinberg Nuendo, sambil memaksimalkan integrasi fitur kontrol dan transport yang sudah tertanam mulus di generasi terbaru konsol digital Yamaha.

“Sekarang kita harus melihat Gambaran besarnya,” katanya. “Rekaman itu bukan hanya untuk artis saat ini, tapi juga untuk masa depan—bahkan bisa saja dipakai setelah mereka tiada.. Kalau suatu saat dirilis sebagai live record, tiba-tiba nama kita bisa tercatat juga sebagai produser atau recording engineer.. Di era sekarang, konten di media sosial harus terdengar seperti sebuah rekaman studio. Jadi, semakin sedikit pekerjaan tambahan yang harus dilakukan produser di tahap post-production agar bisa langsung tayang di media sosial, maka semakin baik.”

Pada akhirnya, Scottie mengatakan bahwa dia merasa puas dengan apa yang sudah dikerjakannya ketika ia yakin sudah melakukan segalanya agar semua orang, terutama yang duduk di kursi terburuk sekalipun, tetap bisa menikmati pertunjukkan dan mendengar musik sebagaimana mestinya “Siapa tahu,” tambahnya, “saya bahkan bisa membuat mereka, atau orang yang mereka ajak, jadi penggemar baru malam itu.”.

“Ada faktor lain yang perlu Anda pertimbangkan, seperti perbedaan antara penonton di wilayah barat dan timur. Misalnya, penggemar di Asia biasanya ingin mendengar vokal 25 atau 30% lebih keras daripada mix standar di barat. Dan bahkan mereka memberi reaksi yang berbeda pada setiap lagu. Jadi, saya selalu berusaha memastikan bahwa tiap pertunjukan terasa pas dan benar-benar sesuai dengan apa yang mereka harapkan.”

Menutup ceritanya, “Saya menjaga agar semuanya tetap sederhana,” pungkasnya. Saya dapat bepergian ke mana saja hanya dengan stik USB dan tetap menghadirkan shoe yang sama si seluruh dunia. Dan yang terpenting, saya tidak pernah merasa diri saya tidak tergantikan.”

Jangan lupa “the best do the most with the least for the longest” .

Amerika

RIVAGE PM Series

Untuk sepenuhnya mendukung para sound engineer yang mendukung para artis dan pemain musik, Yamaha sama sekali tidak mengompromikan kualitas. Semua aspek seperti suara, pengoperasian, dan keandalan harus menjadi yang terbaik, dan diimplementasikan dengan cara yang memungkinkan sound engineer berkonsentrasi penuh untuk membantu seniman dan pemain menyampaikan pesan mereka. RIVAGE PM series mewujudkan ideal ini di tingkat tertinggi, menghubungkan teknologi, seni, dan audiens dengan gelombang yang melingkupi dunia.

CL series

Konsol mixing digital Yamaha CL series mencerminkan tingkat penyempurnaan suara yang baru. Perangkat ini menawarkan pengalaman mixing yang dapat terbuka dan mudah, ditambah dengan kemampuan mengolah suara yang memberi kebebasan kreatif bahkan untuk engineer yang paling imajinatif sekalipun. CL series mewujudkan standar terdepan di bidang live sound dalam bentuknya yang paling canggih dan paling ekspresif.