Bagian 2: Seorang mantan teknisi Yamaha melihat kembali sejarah flute Yamaha.
Yamaha Flute “Seniman Flute Yamaha bertemu Pengrajin Yamaha"
Yoshiyasu Hara × Seniman
Hara – Mr. Rampal dan Mr. Nicolet meminta kami, "Tetaplah seperti ini. Yamaha tidak akan menawarkan flute yang mudah dimainkan."
― Mr. Hara, Anda telah terlibat dalam pengembangan flute dan hubungan seniman dengan pemain flute dalam negeri maupun internasional sebagai penasihat bahkan setelah pensiun dari Yamaha di tahun 2003. Apa benar Anda belajar penampilan musikal flute di Tokyo College of Music sebelum bergabung dengan Yamaha?
HARA – Ya, saya belajar flute pada Mr. Masaru Kawasaki di tahun pertama, dan pada Pak Yasukazu Uemura setelah tahun kedua. Karena saya gagal di matematika dan bahasa Jerman, saya perlu lima tahun untuk lulus.
― Apakah Anda bergabung dengan Yamaha tepat setelah lulus?
HARA – Ya. Saya menerima telepon dari Mr. Kawasaki saat sudah senior, dan dia bertanya apakah saya mau bekerja di Yamaha karena Yamaha membangun pabrik baru (pabrik Toyooka) saat itu. Tapi saya melewatkan kesempatan itu karena belum bisa lulus, sehingga saya berencana menjadi guru musik di SMP dan saya bahkan sudah ikut praktik mengajar.
Tapi, Mr. Kawasaki menelepon saya kembali di tahun kelima, mengatakan Yamaha sedang mengembangkan model flute mutakhir dan memerlukan tambahan staf untuk bekerja sama dengan seniman, dia bertanya apakah saya tertarik. Saya pikir itu kesempatan bagus untuk melihat dunia untuk saya sendiri. Di tahun 1971, akhirnya saya bergabung dengan Yamaha setelah menjalani pelatihan praktik di pabrik saat musim panas pada tahun kelima kuliah saya dan lolos wawancara.
― Apa pekerjaan pertama Anda?
HARA – Awalnya, saya mempelajari proses pembuatan flute di bidang produksi. Ada tiga senior yang ditugaskan ke pengembangan flute, dan pada saat itu tepat sebelum peluncuran model buatan tangan, dipilih lima orang dari bidang produksi untuk membuat model baru tersebut, dan saya salah satunya. Biasanya, orang-orang yang terlibat dalam pengembangan flute tidak perlu mempelajari pembuatan flute di bidang produksi, tapi kami diminta melakukannya karena dapat bermanfaat untuk pembuatan model mutakhir tersebut. Sebenarnya, semua dasar saya berasal dari pengalaman waktu itu, dan saya sangat menghargai kesempatan tersebut.
Di tahun kedua, saya ditugaskan ke bagian pengembangan flute. Saat itu, pengembangan bodi model mutakhir sudah selesai, jadi saya bertanggung jawab untuk mengembangkan sambungan kepala flute. Sebenarnya, yang kami lakukan adalah membuat banyak bentuk asli dan meminta beberapa pemain flute untuk mencobanya, lalu menulis cetak biru purwa-rupa tersebut, dan kami melakukannya begitu terus menerus.
Pertemuan Menyenangkan dengan Mr. Rampal
― Dan tidak lama setelah itu, Anda bertemu Mr. Rampal.
HARA – Mr. Rampal mengadakan pertunjukan di Hamamatsu saat musim gugur di tahun pertama saya. Saya pikir ini adalah kesempatan bagus dan saya mengunjunginya dengan prototipe flute. Meskipun saya sudah membuat janji lewat manajernya, saya mempertimbangkannya. Saat dia muncul di sela acara, saya bertanya “Jika tidak keberatan, maukah Anda mencoba flute ini?” dia langsung memainkannya dan bertanya “boleh saya pinjam?”, kemudian pergi. Secara mengejutkan, dia memainkan flute itu di bagian akhir pertunjukannya! Saya benar-benar senang, dan pengalaman itu sangat mengesankan bagi saya.
Setelah itu, dia mengatakan “Semua flute Jepang yang pernah saya coba mudah dimainkan tapi tidak unik dan tidak membuatku terkesan. Tapi, Yamaha berbeda. Lubang embouchurenya tidak terlalu lebar dan memberikan ketahanan udara yang baik, dan instrumen ini memungkinkan pemain dapat memutuskan seperti apa suara musiknya. Karena itulah saya memainkannya.” Begitulah awal mula hubungan dengan Mr. Rampal.
Namun, saya tidak hanya senang karena kejadian itu. Saat saya mendengarkan penampilannya dari tempat penonton, jelas terdapat beberapa perbedaan antara instrumen kami dan instrumennya. Flute yang dia mainkan hari itu adalah gold flute dari Wm. S. Haynes, dan flute Haynesnya memiliki suara yang jernih dan beragam warna suara dari tingkat nada yang rendah hingga tinggi, sedangkan flute kami terdengar memiliki dinamik terbatas dan rentang musik. Setelah pertunjukannya, saya mengucapkan terimakasih tapi dia berkata, “Saya melakukannya untuk diri sendiri.” Dan kemudian dia menyerahkan Flute Louis Lot gold 18K dan flute Haynes gold 18K kepada saya dan berkata, “Anda boleh melihat dan memainkan flute saya jika kamu mau.”
Flute Louis Lot ini adalah satu-satunya flute gold yang dibuat oleh Louis Lot. Kebetulan, ayah Mr. Rampal, Mr. Joseph Rampal mendapatkan instrumen tersebut dari penjual barang antik di Paris. Walaupun ditemukan dalam keadaan terpisah, tidak ada satupun komponen yang hilang saat dirakit. Flute itu diberikan kepada Mr. Rampal dan dia mulai memainkannya. Itulah kisah mengapa dia dikenal sebagai “The Man With the Golden Flute”. Tidak hanya karena dia memainkan flute gold, tapi dia memainkan satu-satunya flute gold yang dibuat oleh Louis Lot.
Flute gold 14K lain yang pernah dimainkan oleh Mr. Rampal adalah salah satu flute yang dia minta kepada Mr. William S. Haynes untuk dibuat mencontoh pada flute Lot. Biasanya, flute gold Haynes menggunakan 440-450 gram emas, kini flute goldnya hanya menggunakan 400 gram emas sehingga sangat ringan. Flute itu dibuat lebih ringan untuk meniru flute goldnya Lot. Jika didengarkan baik-baik, semua rekaman di tahun 60an direkam dengan flute Lot gold 18K, dan rekaman di akhir tahun 60an dan 70an direkam dengan flute gold Haynes 14K. Anda akan tahu perbedaannya jika mendengarkannya dengan saksama.
― Dan Anda diminta untuk memperbaiki satu-satunya Lot gold flute.
HARA – Dua tahun kemudian, ketika Mr. Rampal kembali mengunjungi Jepang, manajernya menghubungi saya, “Tolong ke Tokyo sekarang juga.” Katanya, flute Lot gold 18k milik Mr. Rampal jatuh dan perlu direparasi. Saya segera pergi ke Imperial Hotel di Tokyo tempat Pak Rampal menginap lalu memeriksa instrumennya, ternyata sambungan las bodinya yang terbuat dari pipa putar retak dan pecah. Saya bertanya berapa lama waktu reparasi yang saya miliki, dan katanya dia hanya seminggu di Jepang. Saya bilang saya tidak yakin bisa mereparasinya seperti semula tapi saya akan coba lakukan yang terbaik, lalu saya membawanya ke Hamamatsu.
Masalah terbesarnya adalah apakah saya bisa menemukan bahan yang sama dengan instrumen tersebut. Analisis fluoresensi menunjukkan bahwa bahan pembuatanya terbuat dari emas 18K. Bagaimanapun, Yamaha belum pernah membuat flute gold saat itu, dan teknisi yang bertugas membuat prototipe mengatakan sulit untuk mendapat bahan tersebut dan memperbaikinya. Setelah mempertimbangkan, saya pergi ke klinik gigi dan mendapatkan selembar emas 18K. Perlu dua hari untuk membuat ketebalan yang sama seperti flute Lot dengan cara memalu dan menipiskan dengan roller. Seminggu kemudian, reparasi bisa selesai dan saya menyerahkannya kembali pada Mr. Rampal, dan dia sangat puas dengan instrumennya.
― Setelah insiden itu, Mr. Rampal meminta Anda untuk menyesuaikan instrumennya setiap kali dia ke Jepang.
HARA – Ya, hampir selalu. Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali, saya datang ke aula pertunjukan atau menerima instrumennya. Saya rasa saya mendapatkan kepercayaannya dengan mereparasi flute Lot.
Flute Louis Lot memiliki tingkat nada yang sedikit lebih rendah. Bodinya lebih panjang dan jarak antar lubang nada lebih lebar dibanding umumnya; karena itu, perhitungan aktuaria menunjukkan bahwa flute itu memiliki A435 Hz. Flute tua Haynes yang pernah dimainkan Mr. Rampal juga didesain untuk memproduksi pitch yang lebih rendah (A438 Hz), tapi flute itu terjual sebagai flute yang memiliki A440 Hz. Karena terus memainkannya, dia sering berkata, “Saya telah sangat lama memainkan flute-flute ini, sekarang kami sudah satu jiwa dan raga. Meskipun ada hal yang tidak beres, itu masalah saya, bukan masalah instrumennya.” Walaupun dia juga mempunyai flute Haynes dengan pitch A442 Hz, dia hanya memainkannya saat tampil di Vienna dan wilayah lain yang berstandar dengan tingkat nada yang lebih tinggi, atau saat darurat misalnya saat instrumennya harus direparasi. Kenangan yang tak terlupakan lainnya adalah saat dia mengatakan, “Saya perlu delapan tahun untuk bisa memiliki Haynes ini sepenuhnya. Sekarang, anak muda memilih instrumen yang dapat dimainkan dengan mudah. Tapi, suara mereka jadi terdengar sama. Suara adalah sesuatu yang dapat kita raih setelah berusaha dan berjuang keras.”
Hubungan yang dibawa oleh flute silver Yamaha
― Pertemuan dengan Mr. Rampal selanjutnya mengawali pertemuan dengan Mr. András Adorján dan Mr. Shigenori Kudo.
HARA – Awalnya adalah saat Mr. Rampal tiba-tiba memainkan flute silver Yamaha dalam pertunjukannya di Hamamatsu. Kedua kalinya kami bertemu, dia mengatakan padaku menyukai flute silver yang dimainkannya dan ingin membawanya. Dia memainkannya di International Summer Academy of Nice dan saat mengajar di Conservatoire de Paris. Mr. Adorján berkesempatan memainkan flute silver Yamaha di Nice. Dia menyukainya dan segera memesan flute yang sama. Saat itu dia masih bergabung dengan North West German Philharmonic. Setelah itu, kami melakukan banyak percobaan dengan Mr. Adorján. Dia menginginkan flute dengan jajaran dinamis yang lebih luas, sejak saat itu kami bekerja sama sambil menerima beberapa sarannya yang berbeda dengan Mr. Rampal.
Ada cerita lain tentang flute silver Yamaha yang Mr. Rampal bawa kembali. Hari itu kami pergi ke Eropa membawa purwa-rupa kami, kami diundang ke rumah Mr. Rampal. Dia tinggal di apartemen tua Mozart St. di area perumahan bergengsi. Saat kami berkunjung, dia bertanya, “Salah satu siswa saya, Mr. Kudo adalah pemain flute Jepang yang akan menjadi terkenal di seluruh dunia. Saya akan mengizinkannya berpartisipasi di Paris International Flute Competition berikutnya. Bolehkah dia memainkan flute Yamaha yang dulu pernah saya pinjam saat kompetisi?” Walaupun saya tidak kenal Mr. Kudo saat itu, saya mengiyakan sarannya. Akhirnya, Mr. Kudo menjadi juara pertama di Paris International Flute Competition, kemudian menjadi juara ketiga (tanpa juara pertama) di International Music Competition di Munich.
Pertama kali saya bertemu Mr. Kudo adalah saat dia mengadakan pertunjukan kemenangan di Tokyo Bunka Kaikan di tahun 1978. Dia juga memainkan flute silver Yamaha milik Mr. Rampal di pertunjukan tersebut, tapi kesan pertama saya Mr. Kudo yang masih muda itu terlalu enerjik sehingga flute itu tidak memberikan kesan kemauan musiknya secara utuh. Oleh karena itu, saat bertemu dengannya untuk pertama kali setelah pertunjukan, saya berkata jujur tentang kesan saya dan menyarankan, “Saya yakin bisa membuat instrumen yang lebih cocok untuk Anda. Maukah Anda memainkannya?” dan dia menjawab, “Ya, saya mau.”
Setelah itu, kami mulai membuat berbagai prototipe dan meminta Mr. Kudo untuk mencoba instrumen yang menurut kami cocok, hasilnya dia memenangkan posisi pertama dan penghargaan presiden di Jean-Pierre Rampal Flute Competition di tahun 1980. Dan karena itu, dia menjadi dikenal di seluruh dunia.
Mr. Kudo adalah orang yang efisien dan tidak sabaran. Dia menyetir sangat cepat di kota Paris. Sama halnya, dia tidak puas dengan suatu instrumen jika dia tidak bisa mendapatkan suara yang diinginkannya dalam beberapa bulan. Mungkin dia mencoba menguji kami dan memastikan kami cukup serius. Walaupun kami memberikan upaya terbaik untuk memenuhi kemauannya, dia mengawasi kami meskipun memakan waktu yang lama dan berujung gagal. Hampir setelah satu tahun, akhirnya kami mendapat kepercayaannya.
Mr. Baker, Mr. Graf, Mr. Nicolet…
HARA – Saat itu, Yamaha menjadi perhatian tidak hanya Mr. Kudo tapi juga banyak pemain flute hebat lainnya seperti Mr. Grafenauer, Mr. Adorján, Mr. Graf, Mr. Larrieu, dan Mr. Larde, jadi kami mengerjakan instrumen mereka juga di waktu yang sama. Ada cerita pada saat Mr. Philippe Pierlot di National Orchestra of France, saat ayah dari Mr. Pierre Pierlot yang merupakan pemain Oboe terkenal datang ke Kusatsu untuk mengajar kelas master, dia mengatakan, “Mohon bantuannya untuk anak saya.” lalu kami mengetahui bahwa Mr. Philippe Pierlot memainkan flute Yamaha.
Atasan saya Mr. Kaji berkata, “Jangan ragu untuk mencoba apapun yang kamu mau.” dan memberikan cukup dana untuk pergi ke Eropa membawa prototipe. Itu waktu yang bagus. Setelah itu, kami tidak perlu pergi ke Eropa sesering mungkin karena Atelier yang didirikan sudah mapan dan menggantikan peran tersebut.
― Mr. Julius Baker juga berhubungan dekat dengan Yamaha, kan?
HARA – Ya, dia telah memberi banyak saran tentang Head joint bahkan sebelum saya bergabung dengan Yamaha. Dia sangat ketat. Misalnya, saat dia mengunjungi pabrik, dia mengambil flute dari jajaran model Pemula, lalu mengukur diameter dalam lubang embouchure dengan penggarisnya sendiri untuk memastikannya ukurannya tepat 17,35 millimeter. Saat itu, beberapa produk memiliki angka yang sedikit berbeda karena sulitnya menyamakan produksi akibat beberapa faktor seperti abrasi inti logam, dan kami sering dimarahi Mr. Baker. Berkat pengalaman tersebut, kami dapat meningkatkan manajemen produksi sesuai apa yang dia ajarkan. Tentu dia lembut dan ramah sehari-hari, tapi sangat keras terkait dengan produksi.
Mrs. Irena Grafenauer adalah pemain flute paling serius di dunia terkait penyesuaian.
Kapanpun dia mengatakan, “Suara aneh ini disebabkan karena bocornya beberapa pad.” kami memastikan untuk menemukan kebocoran. Tapi sebenarnya, dia membeli dua flute saat pertama kali mencoba Yamaha. Satu flute gold Tipe A dan satu flute gold plated dengan gold post sebagai instrumen cadangan.
― Situasinya menjadi tidak enak untuk semua orang, ya?
HARA – Perlu sepuluh tahun untuk meyakinkan Mr. Graf. Setiap saya membawa instrumen baru, dia bilang, “Belum.” Dulu dia sering berkata, “Flute Jepang tidak memiliki “sense of colour” . Seperti perbedaan antara lukisan Jepang yang hanya diekspresikan dengan tekstur tinta hitam putih dan lukisan Eropa yang kaya akan warna. Sebuah instrumen harus bisa mengekspresikan variasi warna tanpa batas.” Semenjak itu, saya mencoba mengunjungi musem-museum untuk melihat lukisan dan patung saat pergi ke Eropa. Menariknya, sedikit demi sedikit saya mulai mengetahui sifat seni otentik. Setelah sepuluh tahun, Mr. Graf akhirnya memainkan flute Yamaha. Tapi, saya masih merasa ada beberapa yang kurang dibandingkan dengan instrumennya yang lain; karena itu saya memintanya untuk menunggu satu tahun lagi dan berjanji akan kembali dengan instrumen yang lebih baik. Kemudian dia berkata, “Ini merupakan pertama kalinya saya mendengar perkataan seperti itu dari orang yang terlibat dalam produksi. Mulai sekarang saya akan mempercayaimu.” Seperti Mr. Adorján, kami mulai memanggil dengan nama akrab sejak hari itu.
“Jadilah diri sendiri.”
Kata-kata Mr. Nicolet juga membekas di pikiran saya walaupun flute Yamaha tidak menjadi pilihannya. “Banyak musisi muda Jepang cenderung meniru musisi legenda masa lalu. Penampilan mereka tidak menyampaikan interpretasi musiknya atau apa yang ingin mereka sampaikan. Seharusnya mereka bersikap lebih bebas tanpa batas selagi masih muda. Demikian pula, hal yang sama dapat dikatakan tidak hanya musisi Jepang tapi juga alat musik Jepang. Instrumen Jepang masih terjebak dalam standar masa lalu. Meskipun kekuatannya sudah ditingkatkan, ekspresinya masih sempit karena mereka menargetkan untuk bermain aman.” Tapi, Mr. Nicolet menilai tinggi flute model pemula Yamaha, dan dia, nyatanya, memesan banyak beberapa kali. Mr. Galway juga mengatakan bahwa flute model pemula Yamaha adalah yang terbaik di dunia dan dipromosikan di Australia dan Inggris. Mr. Nicolet meminta, “Tetaplah seperti ini. Produsen global yang berpengaruh seperti Yamaha tidak boleh menawarkan flute yang mudah dimainkan, misalnya yang lubang embouchurenya timbul tinggi. Jika siswa mulai belajar dengan instrumen seperti itu, dia akan kesulitan saat mengembangkan instrumennya.” Begitu juga kata Mr. Rampal. Tidak hanya kedua orang tersebut, tapi semua pemain French-style flutists yang sudah saya temui termasuk Mr. Larrieu, Mr. Larde, dan tentu Mr. Kudo mengatakan hal yang sama.
― Anda menerima banyak opini dari berbagai tipe pemain flute. Bagaimana cara Anda mengatur ide-ide tersebut?
HARA – Secara umum ada banyak hal, dan kami yang memutuskan bagaimana memanfaatkannya. Tentu saja kami harus berpegang teguh pada kemauan kami. Artinya, selalu ada “model Louis Lot” di pikiran saya. French-style Flute seperti Louis Lot. Kami menargetkan French-style sedangkan produsen lain tetap dengan German-style flute.
― OK, kami akan bertanya lebih banyak tentang hal tersebut di sesi berikutnya bersama Mr. Keisuke Tanaka.
*Artikel ini mulanya terbit di majalah bulanan bahasa Jepang "PIPERS" dari Oktober sampai Desember 2016 dan menyertakan konten yang sama saat wawancara.
Yoshiyasu Hara
Setelah lulus dari Tokyo Collage of Music, dia bergabung dengan Yamaha pada tahun 1971. Melalui karir dalam pengembangan flute dan piccolo, ia mendapat kepercayaan dari pemain flute terpenting di Eropa dan Amerika. Dia sudah terlibat dalam pengembangan flute sebagai penasihat bahkan setelah pensiun dari Yamaha di tahun 2003. Pengurus "workshop flute HARA". Dosen di Daikanyama Technical Academy.